Kamis, 19 Agustus 2010

Memperkenalkan Riau Lewat Desain
oleh Melo Kaus Bertuah pada 26 Juli 2010 jam 20:51


APA yang Anda cari jika Anda berkesempatan mengunjungi sebuah kota baik di dalam maupun luar negeri ? Daftar panjang akan jadi jawabnya. Tapi setidaknya, ada satu yang paling penting, sesuatu sebagai cinderamata, sebagai memori, kenangan, peringatan akan tempat yang pernah Anda kunjungi itu. Barangkali tak hanya melulu untuk sebuah kenangan, karena bisa jadi itu sebagai simbol kebanggaan atas kota atau bagian dari kota tertentu. Sangat lumrah juga cinderamata jadi oleh-oleh buat mereka yang barangkali belum berkesempatan mengunjungi satu tempat.

Setidaknya sudah sejak 1500 tahun lalu para pelancong punya kebiasaan membawa pergi sesuatu dari tempat yang mereka kunjungi. Bentuknya bisa apa saja, dari yang sangat sederhana dan tanpa biaya semisal batu karang atau kerang dari laut hingga ke emblem, asbak, tas, tempat rokok, topi, kaos, mug, atau bahkan lukisan dan patung.

Terserah pilih yang mana, sesuai kocek. Yang penting, suvenir menjadi salah satu kekuatan dan penunjang pariwisata sebuah kota.

Bagaimana dengan Riau? Riau boleh dengan sombong dan lantang menyebut diri sebagai Propinsi Terkaya, dijuluki sebagai Kota Minyak. Entahlah, sampai di mana kepahaman pemerintah kota, khususnya Pemprop Riau, akan apa arti semua label itu. Di benak hampir semua orang sekarang, Riau identik dengan kurangnya sarana hiburan dan wisata. Tentu masih berderet lagi citra Riau yang tak enak didengar.

Menggerakkan wisatawan, baik dalam maupun luar negeri, untuk tak sekadar transit di Riau tapi menetapkan Riau sebagai tujuan tentu jadi tak mudah dengan semua kondisi yang kini sedang terjadi. Ditambah tak efektifnya pihak Dinas Pariwisata Riau yang tak juga mendorong tumbuhnya usaha kecil menengah (UKM) yang bersaing di bidang suvenir, khusus Pekanbaru, tentunya.

Buktinya ? Di mana ada pusat jajan segala sesuatu yang khas Riau atau pusat suvenir yang juga khas Riau ? paling-paling anada akan dirujuk ke tempat Pusat Oleh-oleh dan Jajanan Khas Riau. Lantas, di mana Anda bisa mendapatkan kaos, pin, topi, mug, gantungan kunci, atau apapun berbau Riau. Sesuatu yang lebih kreatif, menarik, mengundang orang, di Riau sekalipun, untuk merogoh kocek.

Melo Kaus Bertuah, begitu bunyi label-nya, dengan latar warna merah-kuning-hijau khas melayu. Pemberian nama atau label Melo yang berarti Degil / Manja yang berlebih, merupakan singkatan kata dari Melayu Oblong. Mencoba mengangkat kembali Seni Syair dan Pantun yang saat ini sudah jarang diperdengarkan dan dibacakan kecuali pada acara-acara perayaan, selain itu obyek-obyek wisata dan tokoh-tokoh Riau juga diangkat dalam desain-desain Oblong Melo. Tentu saja tidak mudah mengangkat tema-tema tersebut menjadi sebuah desain Oblong, apalagi meramunya dengan "kenakalan" khas Melo, sehingga khususnya anak-anak muda secara tidak langsung bisa mengenali budayanya.

Target yang juga merupakan visi dan misi dalam penjualan Melayu Oblong Melo ini tak hanya berada di tempat Pusat Oleh-Oleh Kota atau Propinsi, tapi juga di setiap ada acara/ event pameran khususnya yang terkait dengan HUT Kota / Propinsi. Selain itu Melo juga akan melakukan penjualan secara Online. Dari "Facebook" ini, nantinya anda bisa melihat produk dan kemudian pesan. Setelah mentransfer, pesanan akan dikirim.

Satu hal lagi, Anda tak perlu bingung mencarikan suvenir jika ada rekan atau tamu anda bertandang ke Riau atau memberikannya sebagai hadiah. Gali lagi lebih dalam, ada yang jauh lebih menarik yang bisa dijadikan suvenir khas Riau.
Komentari · SukaTidak Suka · Bagikan

*
*
2 orang menyukai ini.
*
* Tulis komentar...

tangisan untuk emak

tangisan untuk emak

oleh Senepak Duri pada 16 Agustus 2010 jam 0:12
 
 
selaksana kasturi....
tempiaskan batin untuk keharuman
dari sudut sudut bingkai sang raja
untuk tetesan air mata ketika tiada
tergejolak hati tercampak muka

dirikan akan mawar....
terpandang rakus rakusnya nafsu
jerujikan hidung pada kenyataan
hingga menghina diri pada kebencian
dalam lubang yang amat terkecil oleh nista

setengah kamboja....
tak layak kutu untuk dipuji
tak layak duri akan jadi saksi
ketika menusuk mata  terlihat
tak layak lumpur debu untuk disemai
siakan nafas sahaja untuk dikenang
dan tak semesti air mata sebagai senjata kian menyerah

pucukan kenanga...
tlah akan terasa neraka ditelingaku
ketika air mata itu terteteskan sudah
karena akan aku melamar kedurhakaan
dari seginya untaian lidah

tebaslah ilalang ini...
sebab tak pantas lagi untuk dipijak
dilepas kaki kian merana
tiada faedah ntuk berpaling

emak....
maafkan aku.....

dumai, 16 agustus 2010
satu hari sebelum emak ku ulang tahun.
sajak untuk emakku.
syahrul affandi bin jalaluddin rozali

senyuman liris ayahnda

senyuman liris ayahnda

oleh Senepak Duri pada 17 Agustus 2010 jam 16:06
 
tiadalah aku tanpa kau
ketika kau rasuki benih kebajikan
terhadap belahan jiwamu untuk aku
rahmatmu

tiadalah aku tanpa buah tangan mu
keraskani hati penuhi janji
sebagai pemimpin di gubuk ini
demi nasi untuk kami

berdirilah pohon ini karena kau
membibitkan reyuan sayang padaku
peluk  kasih hingga hayat
tuju rayu hingga kau sampaikan
hendak capaikan  keinginan di hati
namun belum tuntas untuk dijuang

tiadalah aku di atas dunia
karena kau semaikan jiwa
berikan isatana yang kau rajanya
tanpa ragu sedikit pun tiada
silau kan pujian dari insan hasta

kini....
aku telah berdiri
di atas kaki kanan mu
jadi harapan kian pujian
jdai pujaan dalam keinginan

dumai, 17 agustus 2010
syahrul affandi bin jalaluddin rozali
puisi ini ku tulis untuk temanku...